Senin, 18 Februari 2008

15 kilo meter setiap hari dari rumah ke sekolah SMP Bone-Bone…

Dikarenakan jarak rumah kami (foto 1: Rumah tinggal kami dulu di Rampoang, sampai skrg rumah kenangan masih tetap ada. Sejak tahun 1998 kami pinda ke Patila lebih dekat dengan kecamatan bone-bone) dengan sekolah (SMP Bone-bone) lumayan jauh, maka awal masuk sekolah di SMP Ibu saya menitipkan saya dirumah saudaranya (pasangan Hj Junnu’ Almarhuma dengan H.Maharuddin yang juga seorang Guru SD) yang terletak sekitar 900 meter dari SMP Bone-bone, Tante saya ini memang banyak berperan membantu keluarga dalam pendidikan, beliau memiliki 2 orang putera dan 4 orang puteri yang kesemuanya berhasil meraih gelar sarjana, menurut cerita ibu saya bahwa beliau jugalah yang sangat banyak membantu sehingga ibu dan bapak saya bisa mengenyam pendidikan SPG/KPG dan akhirnya terangkat menjadi guru SD ketika itu. Saya memang dapat merasakan bagaimana digembleng oleh beliau setiap subuh kita semua termasuk anak-anaknya dibangunkan sholat subuh kemudaian saya mendapat tugas khusu menimbah air dan mengisi bak mandi serta menyiram bunga dan menyapu halaman, setelah semuanya beres baru saya siap2 berangkat menuju sekolah, setelah pulang sekolah saya terkadang membantu tante saya membereskan barang dagangan. Tante saya ini sangat gigih mencari uang untuk menyekolahkan anaknya kami juga terkadang kecipratan. Dihari-hari tertentu saya terkadang diajak ikut berdagang, mulai dari membeli telur,beras, sagu, buah-buahan seperti mangga, duren, pisang dll kemudian di angkut dengan mobil kijangnya berangkat menuju soroako untuk dipasarkan kepada langganannya yang ada di pasar Malili, Wasponda, wawondula dan juga pasar yang ada di Soroako. (foto 2: Lebaran thn 2005 pulang kampung bertemu dgn sanak family)
Kembali ke sekolah ..
Diawal sekolah kelas 1 SMP Bone-bone, rasanya tidak ada pelajaran yang berkesan kecuali pelajaran oleh raga dan Kegiatan Pramuka, dibelakang sekolah kami ada lapangan bola dimana kami selalu bermain bola. Guru olah raga saya pada saat itu bpk Gaffar Arif, dalam pelajaran olah raga beliau mengajarkan lari 100 meter, tolak peluru, lempar lembing, lompat jauh dan loncat tinggi, walaupun postur tubu saya tergolong pendek dan kecil bila dibandingkan dengan rekan sekelas, namun saya selalu dapat angka 8 dan dapat juara jika belomba. Salah satu kemampuan saya yang tidak dimiliki oleh teman saya yang lain adalah salto (salto depan dan belakang), salto belakang adalah sebuah gerakan lentur meloncat keatas dan memutarkan badan kebelakang diudara sehingga kaki kembali menapak dalam posisi berdiri demikian halnya dengan salto depan. Sebenarnya hampir semua anak laki-laki sebaya saya di kampung (Rampoang) bisa melakukan gerakan salto ini, karena setiap pulang sekolah tempat bermain kami adalah sungai yang mengalir di belakang rumah dijadikan sebagai arena latihan. Kembali ke sekolah, dibelakang sekolah saya ada warung milik ibu Huleng, wrung ini menjajahkan pisang goring, janda luppo’, jalang kote, dan soto ubi, jika masuk pelajaran yang kuarng disukai biasanya kami ngebolos dan nongkrong di warung. Menginjak kelas2 SMP, saya meminta kepada ibu saya agar dibelikan sepeda, untuk digunakan bolak balik dari rumah ke sekolah bersama dengan kawan lainnya. Alhamdulillah permohonan saya dikabulkan walaupun pada awalnya ditolak karena ibu saya sangat kawatir kalu-kalau terjadi seuatu dijalan, maklum jarak kampong saya dengan sekolah berkisar 7.5 km (15 km PP), dengan aksi mogok makan pada saat itu akhirnya sepeda idaman pun dibelikan. Dengan sepeda baru rasanya saya semakin bersemangat ke sekolah, kami selalu berangkat berbarengan beberapa teman mengendarai sepeda jam 5 subuh agar tidak terlambat, maklum jalanan pada saat itu masih jelek alias belum diaspal, (Foto 3 & 4: Jalan yg dulu sering kami lalui naik sepeda ke sekolah, sekarang sudah di asoal namun tetap lengang) licin dan berlubang, melintasi hutan tandibajo’ yang agak menyeramkan itu kami selalu saling tunggu agar bisa beramai-ramai untuk melintasinya. Berjarak 700 meter dari sekolah kami menyimpan sepeda di rumah Mas- Tulus (suku jawa transmigarsi yg baik hati) yang juga berprofesi sebagai tukang service sepeda dan radio serta elektronik lainnya, sudah pasti kami tidak akan terlambat, sarapan pagi dulu di warung dekat sekolah, ada yang memilihi sokko’ (nasi ketan), sebahagian memilih sarapan buroncong (bandros kalau di bandung), janda luppo’ doko-doko’utti dan pisang goring. Lonceng sekolah berbunyi kami mulai masuk kelas untuk belajar. Hingga jam pelajran usai kami pun pulang karena kelas berbeda dengan teman-teman sekampung biasanya kami saling menunggu di rumah makan Adem Ayem. Setelah semua dating baru kami berjalan menuju pulang ke rumah. Karena saking pansanya terkadang kami kehausan dan mampir dirumaha family yang ada di Patila sekedar minta minum air putih. Setelah rasa haus sudah hilang, kami melanjutkan perjalanan. Setiba dirumah saya langsung mengunjungi kerrbau saya “Bulang” namanya yang sedang merumput di padang hijau berjarak 400 meter dari rumah, disamping sungai/irigasi sawa (kalimata sebutan org kampung saya), kami sering memandikan kerbau/tedong di kalimata. (foto 5 : Kalimata/sungai kecil dibelakang rumah kami sebagai tempat kami bermain waktu kecil, pada thn 2005 kemarin anak saya M.Iqbal dkk sangat senang bisa mandi seperti papanya dahulu, sekarang airnya sudah agak keru)

Tidak ada komentar: